Senin, 28 Mei 2012

NAMA-NAMA KELOMPOK

urutannama Hobby Targethambatan
pertamaardiantomembacaS1istri orang
keduaasrudin B.menulisS1istri orang
ketigarifkianimengarangS1istri orang
keempatnur ratmimembaca puisiS1istri orang
kelimafitri ida saryberceritaS1istri orang

PRAGMATIK


PRAGMATIK
Dalam komunikasi, satu maksud atau satu fungsi dapat diungkapkan dengan berbagai bentuk/struktur. Untuk maksud “menyuruh” orang lain, penutur dapat mengungkapkannya dengan kalimat imperatif, kalimat deklaratif, atau bahkan dengan kalimat interogatif. Dengan demikian, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke formalisme. Pragmatik berbeda dengan semantik dalam hal pragmatik mengkaji maksud ujaran dengan satuan analisisnya berupa tindak tutur (speech act), sedangkan semantik menelaah makna satuan lingual (kata atau kalimat) dengan satuan analisisnya berupa arti atau makna.
Kajian pragmatik lebih menitikberatkan pada ilokusi dan perlokusi daripada lokusi sebab di dalam ilokusi terdapat daya ujaran (maksud dan fungsi tuturan), perlokusi berarti terjadi tindakan sebagai akibat dari daya ujaran tersebut. Sementara itu, di dalam lokusi belum terlihat adanya fungsi ujaran, yang ada barulah makna kata/kalimat yang diujarkan.
Berbagai tindak tutur (TT) yang terjadi di masyarakat, baik TT representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif, TT langsung dan tidak langsung, maupun TT harafiah dan tidak harafiah, atau kombinasi dari dua/lebih TT tersebut, merupakan bahan sekaligus fenomena yang sangat menarik untuk dikaji secara pragmatis. Misalnya, bagaimanakah TT yang dilakukan oleh orang Jawa apabila ingin menyatakan suatu maksud tertentu, seperti ngongkon‘menyuruh’, nyilih‘meminj am’, njaluk‘memint a’, ngelem‘memuji’, janji‘berjanji’, menging ‘melarang’, dan ngapura ‘memaafkan’. Pengkajian TT tersebut tentu menjadi semakin menarik apabila peneliti mau mempertimbangkan prinsip kerja sama Grice dengan empat maksim: kuantitas, kualitas, hubungan, dan cara; serta skala pragmatik dan derajat kesopansantunan yang dikembangkan oleh Leech (1983).
Pragmatik dan Fungsi Bahasa
           Bidang “pragmatik” dalam linguistik dewasa ini mulai mendapat perhatian para peneliti dan pakar bahasa di Indonesia. Bidang ini cenderung mengkaji fungsi ujaran atau fungsi bahasa daripada bentuk atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke formalisme. Hal itu sesuai dengan pengertian pragmatik yang dikemukakan oleh Levinson (1987: 5 dan 7), pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa atau kajian bahasa dan perspektif fungsional. Artinya, kajian ini mencoba .

PRAGMATIK VS SEMANTIK

         Sebelum dikemukakan batasan pragmatik kiranya perlu dijelaskan lebih dahulu
perbedaan antara pragmatik dengan semantik.
(a) Semantik mempelajari makna, yaitu makna kata dan makna kalimat, sedangkan pragmatik
      mempelajari maksud ujaran, yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan.
(b) Kalau semantik bertanya “Apa makna X?” maka pragmatik bertanya “Apa yang Anda
     maksudkan dengan X?”
(c) Makna di dalam semantik ditentukan oleh koteks, sedangkan makna di dalam pragmatik   ditentukan oleh konteks, yakni siapa yang berbicara, kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana, dan apa fungsi ujaran itu. Berkaitan dengan perbedaan (c) ini, Kaswanti Purwo (1990: 16) merumuskan secara singkat “semantik bersifat bebas konteks (context independent), sedangkan pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent)” (bandingkan Wijana, 1996: 3). Definisi pragmatik
1. cabang ilmu bahasa yang menelaah penggunaan bahasa. Satuan-satuan lingual dalam
    penggunaannya.
2. studi kebahasaan yang terikat konteks.
3.studies meaning in relation to speech situation (Leech, 1983).
4. cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni
    bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996: 2).
            Cukup banyak kiranya batasan atau definisi mengenai pragmatik. Levinson (1987: 1- 53), misalnya, membutuhkan 53 halaman hanya untuk menerangkan apakah pragmatik itu dan apa saja yang menjadi cakupannya. Di sini dikutipkan beberapa di antaranya yang dianggap cukup penting.
(1) Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara tanda (lambang) dengan penafsirnya, sedangkan semantik adalah kajian mengenai hubungan antara tanda (lambang) dengan objek yang diacu oleh tanda tersebut.
(2) Pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa, sedangkan semantik adalah kajian
mengenai makna.
(3) Pragmatik adalah kajian bahasa dan perspektif fungsional, artinya kajian ini mencoba menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan mengacu ke pengaruh-pengaruh dan sebab- sebab nonlinguistik.
(4) Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara bahasa dengan konteks yang menjadi
dasar dari penjelasan tentang pemahaman bahasa.
(5) Pragmatik adalah kajian mengenai deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan
aspek-aspek struktur wacana.
(6) Pragmatik adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi,
terutama hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa cakupan kajian pragmatik sangat luas sehingga sering dianggap tumpang tindih dengan kajian wacana atau kajian sosiolinguistik. Yang jelas disepakati ialah bahwa satuan kajian pragmatik bukanlah kata atau kalimat, melainkan tindak tutur atau tindak ujaran (speech act).
Stephen C. Levinson telah mengumpulkan sejumlah batasan pragmatik yang berasal dari
berbagai sumber dan pakar, yang dapat dirangkum seperti berikut ini.
1.Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan tanda-tanda dengan penafsir (Morris,
1938:6). Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan
penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan
Contohs eman tika:
kursi                                                    tempat duduk’
signifiant (penanda)                            signifie (petanda)
Terdapat suatu prinsip:
Noam Chomsky:
Terdapat hubungan satu lawan satu antara penanda dan petanda (signifiant dan s ig n ifie).
Pragmatik:
Satu tanda bisa menyatakan bermacam-macam maksud atau bermacam-macam tanda satu
maksud.
Contoh: ’menolak’ bisa dinyatakan dengan
-Ora duwe dhuwit.
-Omahku sepi kok.
·
Tuturan semakin panjang tuturan semakin sopan, semakin pendek tidak sopan. 
Contoh:Lunga! (tidak sopan) danLungaa! (lebih sopan)







MENGENAL PRAGMATIK

Oleh: Imron Rosidi


            Linguistik berarti ilmu bahasa. Sebagai ilmu bahasa, linguistik memiliki berbagai cabang ilmu. Cabang-cabang itu di antaranya: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, sedangkan semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
           Berbeda dengan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik yang mempelajari struktur bahasa secara internal, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Mengenai definisi pragmatik, perhatikan dialog di bawah ini:
(1) Reni : Berapa nilai mata kuliah menulismu, man?
     Rahman : Ya .. lumayan, dapat B.
     Reni : Bagus kamu Man, aku hanya dapat C.
     Rahman : Tapi, Ajeng dapat A.
     Reni : Biasa Man, dia khan mahasiswi yang pintar.
Bandingkan penggunaan kata bercetak miring pada dialog di atas dengan yang ada dalam dialog berikut!
(2) Reni : Berapa nilai mata kuliah menulismu, Man?
     Rahman : Malu aku Ren, aku diberi nilai D oleh Pak Imron.
     Reni : Bagus kamu Man, itulah hasilnya kalau kamu tidak pernah masuk.
     Rahman : Tapi, Ajeng dapat E.
     Reni : pantas, dia khan mahasiswi yang pintar.

            Secara eksternal, bila dilihat dan penggunaannya, kata bagus ternyata tidak selalu bermakna ‘baik’ atau ‘tidak buruk’, seperti yang tampak pada dialog (1) di atas. Akan tetapi, apabila diperhatikan penggunaan kata bagus pada dialog (2) yang berbunyi “Bagus kamu Man, itulah hasilnya kalau kamu tidak pernah masuk” memiliki makna sebaliknya, yaitu buruk atau jelek, yang berfungsi sebagai bentuk sindiran. Begitu pula makna kata “pintar” pada dialog (1) memiliki makna yang bertentangan pada dialog (2). Pada dialog (1), kata pintar bermakana pandai atau cakap, tetapi pada dialog (2) bermakna sebaliknya, yaitu bodoh.   Dari uraian di atas jelas bahwa makna yang ditelaah oleh semantik adalah makna apa adanya, tanpa memperhatikan siapa penutur, siapa mitra tutur, kapan dan di mana tuturan itu terjadi, sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik adalah makna yang memperhatikan hal-hal tersebut. Dengan demikian, meskipun memiliki fokus kajian yang serupa dengan semantik, yaitu makna, makna yang dikaji dalam pragmatik berbeda dengan makna yang dikaji dalam semantik. Pragmatik merupakan satu-satunya tataran yang memperhitungkan manusia sebagai pengguna bahasa dalam memaknai sebuah tuturan.
          Semantik bersifat bebas konteks (contect independent), sedangkan pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent) (Purwo, 1990, 16). Yang dimaksud dengan konteks di sini adalah konteks linguistik dan konteks nonlinguistik. Konteks linguistik, seperti kalimat yang sebelumnya mendahului, disebut pula koteks, sedangkan konteks nonlinguistik, seperti siapa yang berbicara, siapa yang diajak berbicara, kapan terjadinya pembicaraan, dan di mana terjadinya pembicaraan, disebut dengan konteks. Apabila diamati lebih jauh, makna yang menjadi kajian semantik adalah makna linguistik (linguistic meaning), sedangkan yang dikaji oleh pragmatik adalah maksud penutur (speaker meaning) (Verhaar, 1977; Parker, 1986, 32). Dengan kata lain, Makna yang dikaji oleh semantik bersifat diadis. Makna itu dapat dirumuskan dengan kalimat Apa makna x itu? Makna yang ditelaah oleh pragmatis bersifat triadis. Makna itu dapat dirumuskan dengan kalimat Apakah yang kau maksud dengan berkata x itu? Dengan demikian, pragmatik adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006:3).
           Pendapat yang agak berbeda tentang pragmatik disampaikan oleh Morris (1938). Pragmatik sebagai suatu kajian ilmu muncul dari pandangan Morris tentang semiotik, yaitu ilmu yang mempelajari sistem tanda atau lambang. Morris membagi semiotik ke dalam tiga cabang ilmu, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis mempelajari hubungan antara lambang dengan lambang lainnya, semantik mempelajari hubungan antara lambang dengan objeknya, dan pragmatik mempelajari hubungan antara lambang dengan penafsirnya.
        Yule (2006) juga menyampaikan secara gamblang perbedaan antara ketiga cabang semiotika tersebut. Dikatakan bahwa sintaksis adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk kebahasaan itu dalam suatu urutan (kalimat). Semantik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik (kata) dengan sesuatu secara harfiah, sedangkan pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk linguistik (tuturan) dengan si pemakai bentuk tersebut. Dengan demikian, pragmatik selalu menghubungkan makna bentuk linguistik dengan pemakainya (penutur).
         Definisi pragmatik lainnya dikemukakan oleh beberapa ahli dengan redaksi yang berbeda. Morris (1960) mengatakan bahwa pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda bahasa itu diinterpretasikan. Yang dimaksud orang menurut definisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur. Cara seorang petinju yang menganggap lawannya tidak bisa lagi melawan dengan menggunakan tanda bahasa habis. Tanda bahasa ini akan digunakan berbeda oleh seorang agen minyak tanah, yaitu untuk menggambarkan bahwa minyak tanahnya sudah ludes terjual.
        Menurut Leech (1993:8), pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat. Yule (1996: 3) menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna penutur; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu, sedangkan Levinson (1987:1) mengatakan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara lambang dengan penafsirannya.
            Thomas (1995:2) mendefinisikan pragmatik dengan menggunakan sudut pandang sosial dan sudut pandang kognitif. Dengan sudut pandang sosial, Thomas menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, pragmatik dihubungkan dengan interpretasi tuturan (utterance interpretation). Pemaknaan tuturan dalam pragmatik merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks tuturan (fisik, sosial, dan linguistik), dan makna potensial yang mungkin dari sebuah tuturan tuturan. Pragmatik sebagai bidang linguistik yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).
         Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala aspek makna tuturan berdasarkan maksud penutur yang dihubungkan dengan konteks bahasa dan konteks nonbahasa. Konteks ini sangat mempengaruhi makna satuan bahasa, mulai dari kata sampai pada sebuah wacana.

LANGKAH-LANGKAH MENULIS BERITA

LANGKAH-LANGKAH MENULIS BERITA
A.    Pengertian Berita
Berita berasal dari bahasa sansekerta  “Vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut  “Write” yang arti sebenarnya adalah “Ada” atau “terjadi”. Ada juga yang menyebut dengan “Vritta” artinya “Kejadian “ atau yang telah terjadi. Menurut kamus besar, berita berarti iaporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian khalayak, melalu media berkala seperti surat kabar, radio, televise atau media on-line internet. Secara umum,berita mempunyai bagian –bagian dalam susunannya yaitu :
1.    Headline
Bias disebut judul, sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk : (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan di beritakan, (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
2.    Deadline
Ada yang terdiri atas nama media massa,tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya  adalah untuk  menunjukan tempat kejadian dan inisial media.
3.    Lead
Lazim disebut teras berita. Biasanya di tulis pada peragraf pertama sebuah berita. Ia merupakanunsur yang penting dari sebuah berita yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari patih sebuah berita, yang melukiskan  seluruh berita secara singkat.

4.    Body
Atau tubuh berita, isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat dan jelas. Dengan demikian Body merupakan perkembangan berita.
B.    Langkah-langkah Menulis Berita

1.    Mencari Berita
Bagaiman cara informasi atau berita di media massa? Tentu saja harus dicari yang didahului dengan perencanaan di dapur redaksi. Misalnya mencari berita tentang pemilihan rector salah satuperguruan tinggi swasta. Persiapan yang perlu di lakukan yaitu mencari informasitentang nama-nama yang muncul dalam bursa kandidat rector,namun mekanisme pemilihan rektor, jadwal pendaftaran bakal calon rektor, persyaratan bagi para calon rektor, jadwal penyampaian visi-misi calon rektor, jadwal penetapan calon rektor, serta jadwal pemulihan rektor. 
Selain itu, wartawan menemui dan mewawancarai para bakal calon rektor, serta meminta pendapat dari berbagai pihak di kampus, antara lain rektor yang sedang atau masih menjabat  ketua yayasan, dosen  dan mahasiswa.
2.    Membuat Berita
Berbagai informasi yang telah di kumpulkan itu kemudian diolah dan di ramu dalam rangkaia “kalimat yang mengandung unsur  5w + 1H. 5W dimaksud yaitu “ what” (apa), “who” (siapa), “when” (kapan), “where” (dimana), “why” (mengapa), sedangkan 1H dimaksud yaitu “how” (bagaimana).
Ada banyak model berita, tetapi pada dasarnya berita di bagi menjabi dua jenis, yaitu berita langsung (straight mews) dan berita tidak langsung  (feature news). Berita langsung adalah berita yang langsung mengemukakan unsur  5W + 1H pada paragrap awal (alinea pertama hingga alinea kedua), sedangkan berita tidak langsung biasanya diawali dengan kata-kata atau kalimat yang menarikpada paragrap – paragraf  awal, sedangkan unsur  5W + 1H terurai dalam paragraf –paragraf  berikutnya.
3.    Konstruksi berita
Bangunan atau konstruksi berita terdiri dari 3 unsur , yakni judul berita, teras berita, serta kelengkapan atau penjelasan berita. Berita langsung biasanya  menggunakan bangunan seperti piramida terbalik. Dengan menggunakan metode piramida terbalik, informasi- informasi yang kurang penting atau tidak penting dapat dibuat jika tempat (di halaman Koran, tabloid, majalah). Atau waktu yang tersedia (TV, dan radio) terbatas.
Informasi  yang dibuang atau di penggal tentu saja di harapkan tidak mengurangi atau mengganggu inti berita secara keseluruhan, karena semua fakta yang penting telah di kemukakan pada paragraf awal. Model pemberitaan “ straight news “  terutama di tunjukan bagi orang –orang yang sibuk atau tidak mempunyai waktu luang untuk membaca, mendengar, atau menonton suatu pemberitaan.
Contoh : Berita
Akibat Gempa, Dua Warga Terluka Parah
Gempa tektonik yang mengguncang wilayah Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara pada Senin pagi (25/4/2011), tidak hanya membuat warga mengungsi dan menelan kerugian akibat rumah-rumah mereka rusak, namun akibat gempa, dua warga dilaporkan terluka.
Di Desa Landipo, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, seorang ibu bernama Ati (31) dilaporkan terluka akibat terkena reruntuhan bangunan rumahnya yang roboh. “korban sudah kita evakuasi ke RSUD Sulawesi Tenggara,” ujar Kapolsek Moramo, AKP Hairuddin R.
Sementara, di Kota Kendari, seorang karyawati Toko Sinar Buana yang bernama Fai (24) nekat lompat dari jendela lantai tiga karena panik. Akibatnya, ia pun mengalami patah tulang pada bagian belakang badannya dan korban kini tengah menjalani perawatan di RS Korem 143 Haluoleo.
Sebenarnya, sebelum korban melompat ia sempat diingatkan oleh rekan-rekannya agar tidak melakukan tindakan itu, namun naas korban yang sudah panik tetap nekat  untuk melompat. Beruntung nyawa korban masih tertolong setelah tubuhnya tertahan pada atap teras sebuah bengkel.
Sejauh ini, belum diketahui adanya korban meninggal dunia akibat peristiwa  gempa yang terjadi sepanjang Senin hari ini, namun dampak gempa sangat dirasakan oleh warga Kota Kendari dan Konawe Selatan. Selain mengakibatkan kerusakan rumah-rumah warga, dampak gempa juga membuat warga yang tinggal diwilayah pesisir terpaksa mengungsi kedaerah perbukitan karena  khawatir dengan gempa susulan berskala besar dan berpotensi terjadi tsunami.
Sebelumnya, gempa tektonik yang mengguncang wilayah Kota Kendari Dan Kabupaten Konawe Selatan terjadi secara beruntun. Gempa pertama terjadi pukul 07.07 Wita dengan kekuatan 6,0 SR yang berpusat di Kecamatan Kolono, Kabupaten Konawe Selatan, disusul gempa kedua sekitar pukul 07.10 Wita dengan kekuatan 4,7 SR yang berpusat di Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan dan gempa ketiga sekitar pukul 07.25 Wita yang berkekuatan 5,2 SR dengan pusat gempa di Kelurahan Anduonohu, Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Penyebab gempa akibat adanya pergeseran lempeng sesar lasolo dan patahan teluk tolo.

LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT IKLAN
1.    Pelajari dengan seksama apa yang akan diiklankan. Apakah sebuah produk, jasa atau  pengumuman? Ingat ya, pelajari! Dengarkan, lihat dan baca iklan-iklan sebelumnya. Sering terjadi pembuat iklan tidak mengerti tentang produk/jasa yang akan dibuatkan iklannya. Celaka 12. Selain memelajari produknya, pelajari juga produk/jasa pesaingnya. Dengarkan, tonton dan baca juga iklan-iklan para pesaing tersebut. Analisis semua hasil pengamatan tersebuut.
2.    Pelajari dengan seksama apa tujuan iklan tersebut. Apakah perkenalan, pencitraan, memelihara produk atau menjual?
3.    Lakukan brainstorming ide (lebih baik dilakukan oleh lebih dari satu orang). Di biro iklan, brainstorming ide dilakukan oleh beberapa kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari beberapa orang. Mereka mengadu idenya dan berdebat, saling memertahankan ide. Di radio mungkin tidak bisa seperti itu karena keterbatasan sumber daya manusia. Tapi, brainstorming bisa dilakukan secara informal antara program director, tim sales dan produser iklannya. Jangan pernah menyerahkan pembuatan iklan ini kepada satu orang saja tanpa brainstorming.
4.    Pilihlah ide yang paling kreatif dan sesuai dengan point 1 dan 2. Semakin banyak kepala pasti jumlah idenya semakin banyak juga.
5.    Buatlah naskah yang terbaik berdasarkan point 3 dan 4. Ingat patokan-patokan menulis naskah radio, yang berbeda dengan menulis naskah media lainnya.. Kalau belum tahu patokan-patokan menulis naskah radio, baca kembali. Menulis untuk radio artinya menulis untuk telinga bukan untuk mata. Telinga punya banyak keterbatasan dalam menangkap pesan. Apalagi jika harus mengingat sesuatu, telinga jauh berada di bawah kemampuan mata. Banyak sekali pelaku radio yang mengabaikan hal semacam ini. Misalnya dalam penulisan dan penyebutan nomor telpon. Sering hanya disebut sekali saja secara cepat. Lebih parah lagi karena nomor telpon yang disebut terburu-buru itu tidak hanya satu, kadang 2 atau 3 nomor telpon. Alamaaaak!
6.    Lengkapi dengan sound effect dan musik yang pas. Ingat, setiap musik memiliki hak cipta sehingga harus hati-hati dalam penggunaannya. Kalau punya alat dan kemampuan, buatlah musik kreasi sendiri. Sudah banyak software tentang musik. Atau rekam saja piano/organ atau gitar di studio Anda.
7.    Pilih narator dan voice over yang tepat. Sering terdengar iklan di radio buatan radio itu sendiri, berisi suara yang kurang pas. Mungkin karena punggawanya terbatas. Seharusnya itu bukan hambatan. Stok suara – kalau mau berusaha sedikit – pasti tidak akan pernah kekurangan.
8.    Berkreasilah… Iklan yang berhasil adalah yang bisa menghibur, memorable dan menggugah.
Contoh Iklan :
Ingin rambut anda terbebas dari ketombe dan rambut rontok,serta mendapatkan rambut yang lembut dan mudah diatur walaupun tanpa menggunakan sisir..??
Gunakanlah shampoo Clear baru.dengan menggunakan shampoo ini dijamin rambut anda akan terbebas dari ketombe dan rambut rontok.dengan harga yang terjangkau,hanya dengan mengeluarkan uang Rp.500,00, anda sudah dapat memperoleh shampoo Clear ini,dengan hasil yang maksimal.

LANGKAH-LANGKAH SURAT RESMI

1. Kepala surat atau kop surat : Nama instansi/lembaga/perusahaan dll, alamat instansi terkait,    logo     instansi (dari pengirim surat)
2. Ada nomor surat : No urutan surat yang dikirimkan
3. Lampiran : berapa jumlah lembar yang disertakan selain surat
4. Hal : Pemberitahuan tentang isi surat
5. Tanggal surat
6. Alamat tujuan
7. Salam pembukaan
8. Isi surat
9. penutup surat : salam penutup, jabatan, tanda tangan, nama
11.tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang adanya suatu kegiatan

Jumat, 25 Mei 2012

dongengku

CERMIN AJAIB

Cerita rakyat dari Sulawesi Tengah ini berjudul cermin ajaib. Mengisahkan tentang keajaiban sebuah cermin yang mampu melihat kejujuran seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman budaya khususnya dibidang sastra Indonesia yang sangat beragam. Berikut adalah cerita rakyat dari Sulawesi Tengah yang berjudul Cermin Ajaib.
Di sebuah kerajaan, ada seorang raja yang sudah lanjut usia. Dia merasa hidupnya tidak akan lama lagi. Kemudian dia memanggil ketiga putranya untuk menghadap. Setelah ketiganya berkumpul raja kemudian mengatakan apa yang selama ini meresahkannya. Bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi untuk memangku jabatan sebagai raja. Oleh karena itu raja ingin mencari pengganti dari ketiga putranya itu siapa yang pantas menjadi raja. Namun, cara yang dilakukan raja berbeda dari yang lain, raja memiliki cermin ajaib untuk menentukan siapa yang layak menjadi raja.
Ketiga putra kerajaan menyetujui apa yang dikatakan oleh ayah mereka. Kemudian mereka mencari tahu tentang cermin ajaib milik ayahnya. Menurut seorang pengawal kerajaan yang sudah tua, cermin itu warisan turun-temurun dan selalu digunakan untuk menguji calon-calon raja. Cermin berbentuk hati itu akan menampakkan sifat asli seseorang. Salah satu diantara ketiga putra itu menanyakan cara untuk dapat mengelabui cermin ajaib tersebut. Pengawal tua itu menggeleng, dan mengatakan bahwa dia tidak tahu caranya. Dan mungkin saja cermin itu memang tidak bisa ditipu.
Esok harinya, mereka menghadap raja dengan wajah berseri. Mereka telah memperisapkan diri untuk menghadapi cermin ajaib. Selain mempersiapkan mantra-mantra mereka juga berdandan sangat elok. Penghuni kerajaan berdecak kagum melihat ketampanan ketiga putra raja itu. Pada saat raja tiba, dia menanyakan kepada ketiga putranya tentang kesiapan mereka. Ketiga putra raja itu dengan serempak menyatakan kesiapan mereka untuk diuji oleh cermin ajaib.
Seorang pengawal membawa cermin berbentuk hati dan meletakkannya di samping sang raja. Ketiga putranya diminta maju satu per satu dan becermin selama beberapa saat. Betapa kagetnya ketiga putra raja itu ketika melihat seipa wajahnya di dalam cermin. Putra pertaman, kepalanya kelihatan bertanduk. Putra kedua, giginya bertaring. Sementara putra ketiga, matanya merah menyalah. Wajah mereka yang tampan sangat menakutkan di dalam cermin.
Melihat kenyataan itu sang raja menjadi sedih sebab ternyata tidak ada satupun dari ketiga putranya yang layak untuk menggantikan dirinya. Raja kemudian mengadakan sayembara tentang cermin ajaib, siapa yang memenuhi syarat dan pantulan wajahnya terlihat baik di cermin, maka ialah yang layak untuk menggantikan dirinya sebagai raja. Pengawal raja kemudian segera mengumumkan tentang adanya sayembara tersebut.
Sejak saat itu banyak pejabat kerajaan, kaum terpelajar, cerdik pandai, dan rakyat biasa datang untuk menguji diri melalui cermin ajaib. Namun ternyata, tidak satu pun dari mereka kelihatan bertubuh baik di dalam cermin ajaib. Ada saja sifat buruk mereka yang kemudian diapantulkan cermin ajaib itu. Selama berbulan-bulan kemudian, raja masih sabar menunggu. Tiba-tiba datang seorang pemuda buruk rupa bersama ibunya ke istana. Berkali-kali pengawal mengusir pemuda dan ibunya yang berpakaian seperti gelandangan itu. Namun, mereka tetap berkeras mengikuti sayembara cermin ajaib. Raja yang mengetahui kejadian itu tetap mengijinka pemuda buruk rupa tersebut untuk mengikuti sayembara cermin ajaib.
Pemuda buruk rupa itu berdiri menghadap cermin ajaib. Ketiga putra raja dan ibu selir melihat dengan pandangan mengejek. Namun, semua mata kemudian terbelalak melihat pantulan yang ada di dalam cermin. Pantulan pemuda buruk rupa itu sangat tampan. Wajahnya bersinar cemerlang. Tida ada satu pun keburukan tampak di dalam cermin ajaib. Raja sangat puas melihat semua itu. Kemudian raja mengatakan bahwa pemuda buruk rupa itulah yang akan menggantikan dirinya kelak.
Tiba-tiba ibu pemuda itu bersipuh di kaki sang raja dan mengatakan bahwa dirinya adalah permaisuri yang di fitnah oleh ibu selir, dan pemuda buruk rupa itu adalah anak mereka yang ikut terusir bersama permaisuri. Setelah di fitnah mereka berdua tinggal di dalam hutan selama bertahun-tahun. Saat ini dirinya muncul bersama putranya adalah karena ingin menunjukkan bahwa anak mereka sudah besar walaupun buruk rupanya namun hatinya sangat baik.
Sang raja yang mendengar penuturan wanita tersebut menjadi terkejut dan menanyakan tentang kebenarannya kepada ibu selir. Ibu selir tidak dapat mengelak dan merasa menyesal namun raja sangat marah dan memerintahkan pengawal untuk menangkap ibu selir. Pemuda yang sejak tadi diam saja kemudian angkat bicara dan mengatakan pada ayahnya bahwa dirinya tidak berdendam dengan ibu selir. Pemuda itu merasa lebih baik memaafkan ibu selir dan kembali membangun kerajaan agar lebih makmur di kemudian hari. Raja tertegun mendengar ucapan pemuda buruk rupa yang ternyata putra mahkota itu. Cermin ajaib tidak pernah salah dalam memilih penggantinya.